Terinspirasi dari : Diabolic Lover
Mobil yang membawa gadis berambut merah muda itu masih melaju membelah jalan yang tenang. Begitu pun gadis itu yang masih duduk sembari memandangi pemandangan di luar jendela dengan sikapnya yang begitu anggun. Gadis dengan rambut bak permen kapas itu meremas kedua tangannya yang terasa dingin. Ia mulai resah. Dan keresahan itu semakin menjadi ketika mobil yang membawanya berhenti di sebuah rumah megah yang sangat asing baginya.
Mobil yang membawa gadis berambut merah muda itu masih melaju membelah jalan yang tenang. Begitu pun gadis itu yang masih duduk sembari memandangi pemandangan di luar jendela dengan sikapnya yang begitu anggun. Gadis dengan rambut bak permen kapas itu meremas kedua tangannya yang terasa dingin. Ia mulai resah. Dan keresahan itu semakin menjadi ketika mobil yang membawanya berhenti di sebuah rumah megah yang sangat asing baginya.
"Rumah ini. . .", cicitnya dengan suara ragu - ragu dan nyaris tidak terdengar.
"Mulai hari ini kamu akan tinggal di sini, Sakura", pemuda berambut hitam yang berdiri di samping gadis itu menimpali perkataan Sakura yang masih menelisik bangunan dengan roman wajah cemas.
"Aoi?"
Sakura melirik ke arah sepupu kesayangannya. Entah kenapa sedari tadi ia merasa ada sesuatu yang aneh. Aoi yang biasanya selalu tenang terlihat seperti sedang mencemaskan sesuatu. Setelah mentraktir dirinya dengan es krim strawberry porsi jumbo dan membelikan boneka ulat raksasa, wajah Aoi masih saja tegang seperti orang yang sedang merasa bersalah. Ternyata ketegangan yang dirasakan oleh Aoi adalah karena hal ini.
"Kamu bercanda, kaaaan???", teriak Sakura histeris. Suaranya yang tadi hanya berupa cicitan bak tikus kejepit kini naik beberapa oktaf. Keanggunan yang baru beberapa menit ditampilkan olehnya buyar entah kemana. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk berlagak anggun bak seorang lady, bagaimanapun juga ia merasa keselamatannya sedang terancam. Itu tergambar dengan jelas melalui kehorroran bangunan yang tertangkap oleh mata hijaunya.
"Dilihat dari segi mana pun, rumah ini tidak layak huni. Rumah ini pasti berhantu. Huweeee. Auranya saja tidak kalah suram dari rumah nenek. Caku tidak mau tinggal di sini. Aoi, lakukan sesuatu", jerit Sakura sembari bersujud di tanah.
"Maaf, Caku. Ini perintah nenek. Aku tidak bisa melakukan apa - apa untuk membantumu", ucap Aoi dengan raut wajah bersalah.
"Huweeee. Caku memang salah karena sudah menyusup ke sekolah Genbu. Tapi, itu Caku lakukan untuk menambah pengalaman hidup. Nenek tidak seharusnya menghukum Caku dengan kejam seperti ini", tangisan Sakura semakin membahana. Belum apa - apa, wajahnya sudah dipenuhi dengan air mata dan hidung yang beringus. Entah kapan akan ada entry scene dimana Sakura muncul sebagai tokoh utama yang cantik dan anggun seperti tokoh utama wanita kebanyakan.
"Ya, ya, ya. Aku tahu. Berhentilah meraung - raung seperti itu. Cepat masuk ke dalam", perintah Aoi sambil menarik tangan sepupunya sedangkan sepupunya itu masih bertahan tidak mau melangkahkan kaki sama sekali menuju ke pintu rumah itu.
"Caku tidak mau masuk, Aoi. Bagaimana kalau di dalam sana ada binatang buas? Caku tidak mau mati karena jadi santapan singa", tolak Sakura sembari memasang ekspresi horror dan masih berusaha bertahan. Sakura sudah mewek - mewek bak anak anjing kecemplung di got dan Aoi masih tega memaksanya masuk ke rumah yang terlihat seperti sarang drakula begitu. Dasar sepupu durjana, batin Sakura nelangsa.
"Ini rumah, Sakura sayang, bukannya hutan rimba. Tidak akan ada singa di dalam sana. . .", ujar Aoi lembut.
"Aoi-Nii, tolooong", mohon Sakura sembari memamerkan puppy eyes andalannya. Ia mengerjap - ngerjapkan mata hijaunya dan berusaha memasang wajah seimut mungkin.
"Aku senang akhirnya bisa mendengarmu memanggilku kakak. Tapi, tetap saja aku tidak bisa melakukan apapun untuk menolongmu, Caku", sahut Aoi yang entah kapan berhasil mengantarkan Sakura ke depan pintu.
"Aoi. . .", panggil Sakura kencang ketika melihat Aoi secepat kilat berlari menuju mobil. "Tega - teganya Aoi meninggalkan Caku di tempat tidak dikenal seperti ini", teriak Sakura berang. Suara cemprengnya bahkan berhasil membuat burung - burung yang bertengger di pohon terbang menjauh. Tapi, teriakan Sakura yang maha dahsyat sia - sia saja. Sakura hanya bisa melihat mobil yang tadi mengantarnya pergi menjauh meninggalkannya seorang diri di depan pintu rumah orang yang tidak dikenal.
Sakura kembali mendesah, meratapi nasib sial yang entah sudah berapa kali menimpanya. Entah kenapa nasibnya sial sekali. Tinggal di rumah sendiri saja Sakura masih takut, apalagi harus tinggal di rumah orang lain. Sakura masih meneteskan air mata dramatis. Adegan ini membuat Sakura merasa seperti seorang anak yang sudah dibuang oleh keluarganya sendiri. Kalaupun nenek memang ingin membuangnya, seharusnya nenek membuangnya ke panti asuhan bukannya ke rumah bak sarang vampire begini.
"Kenapa rumah ini seperti rumah Amethyvill? Seram sekali", gumam Sakura sembari meneguk ludahnya sendiri.
"Aha, lebih baik Caku menginap di rumah kak Hibiki saja. Rumahnya lebih indah", kata Sakura bersemangat.
Sakura meraih koper merah mudanya yang teronggok tidak berdaya dan menariknya sambil bersenandung. Ia sudah tidak sabar ingin segera tiba di rumah Kak Hibiki yang memiliki rumah kaca super indah. Rumah Kak Hibiki lebih layak huni dibandingkan rumah ini bahkan rumah keluarga Sakura sendiri. Bahkan dulu Sakura sempat merengek ingin didepak dari keluarga Seiryu agar bisa bergabung menjadi bagian keluarga Asakura yang hangat.
Sakura meraih koper merah mudanya yang teronggok tidak berdaya dan menariknya sambil bersenandung. Ia sudah tidak sabar ingin segera tiba di rumah Kak Hibiki yang memiliki rumah kaca super indah. Rumah Kak Hibiki lebih layak huni dibandingkan rumah ini bahkan rumah keluarga Sakura sendiri. Bahkan dulu Sakura sempat merengek ingin didepak dari keluarga Seiryu agar bisa bergabung menjadi bagian keluarga Asakura yang hangat.
"Eh?", senandung Sakura terhenti ketika ia merasa sesuatu menetes membasahi kepalanya. Awalnya hanya rintik - rintik kecil lalu tiba - tiba. . .
Zraaaaash
Mata hijau Sakura membulat sempurna. Sakura melongo menatap hujan yang turun dengan begitu derasnya. Bocah itu bahkan sampai meragukan penglihatannya sendiri. Bukankah tadi cuaca begitu cerah. Langit bahkan terlihat sangat biru, lalu dari mana datangnya hujan yang turun bak air tumpah dari langit? Apa ini azab karena ia yang selalu merengek dan menangis meraung - raung ketika sedang memaksakan kemauannya? Ataukah ini hukuman karena dirinya yang hampir membuat nenek terkena serangan jantung karena tingkah lakunya yang jauh dari image Seiryu yang selalu elegant dan tenang?
"Aaaakh!!! Hujan!!! Kenapa hujannya turun disaat yang tidak tepat seperti ini?", teriak Sakura kesal. Bagaimana Sakura tidak kesal, rumah kak Hibiki jauh dari tempat ini dan sekarang hujan turun dengan begitu derasnya. Sakura benar - benar akan menjadi anak anjing kecemplung di got kalau memaksa pergi di tengah hujan begini.
Bocah itu akhirnya memutuskan berlari mendekati pintu dan mengetuk pintu dengan tidak sabar, "Buka pintunya!!!"
Kriiiiet!!!
"Gyaaaa!!! Kenapa pintunya terbuka sendiri?", pekik Sakura kaget ketika pintu terbuka tanpa ada seorangpun di balik pintu itu. Mendadak perut Sakura terasa mulas. Ini aneh dan keanehan ini semakin meyakinkan Sakura kalau rumah ini berhantu. Lebih baik ia segera memutar arah.
Ctaaaar!!!
Sakura menghela napas dengan tidak ikhlas dan menghentikan langkahnya. Pikirannya kembali berkecamuk. Apakah hujan saja tidak cukup? Kenapa harus ada petir di saat seperti ini? Bahkan petir itu terlihat saling sambar menyambar. Bagaimanapun juga Sakura tentu tidak mau kalau sampai harus mati tersambar petir.
"Hiks. Baiklah, nenek. Sesuai dengan keinginan nenek, Caku akan tinggal di sini", ucap Sakura dengan hati yang tidak ikhlas. Ia kembali memutar badan dan melangkah dengan ragu - ragu memasuki rumah yang sebenarnya ingin ia tinggalkan secepat mungkin.
"Sepi sekali. Apa mereka tidak diberi tahu kalau Caku akan datang?", gumam Sakura seorang diri. "Permisiiii. Apa ada orang di sini?", teriak Sakura dengan kepala yang menoleh ke kiri dan ke kanan berharap bisa menemukan sesuatu.
Dan benar saja, Sakura menemukan sesuatu. Mata Sakura bahkan sampai berbinar - binar melihat penemuannya yang luar biasa itu. Bukan, Sakura bukan menemukan segepok uang atau sekotak perhiasan. Yang ia temukan lebih dari itu, gaessss. Sakura menemukan seorang pangeran tampan yang sedang tertidur di sofa.
"😍Woooow, tampan sekali" puji Sakura dan tanpa sadar mendekatkan wajahnya ke arah pemuda dengan rambut segelap malam yang sedang tertidur itu. Jangan - jangan dia adalah pangeran yang tertidur karena dikutuk penyihir dan hanya bisa dibangunkan oleh seorang putri. Apa putri yang dimaksud itu adalah Caku? Sakura mulai kepedean sendiri.
"Maaf. . .", ucap Sakura sembari menyentuh tangan pemuda yang sedang tertidur itu. Tapi, ketika Sakura menyentuh tangan pemuda itu, sontak ia menarik tangannya kembali. Tangan pemuda itu terasa begitu dingin seperti sebongkah es.
"Apa dia. . .", dengan ragu - ragu Sakura menyentuh dada pemuda itu, tempat di mana jantung seharusnya berdetak.
"🤯Gyaaaa!!! Sesuai dugaan Caku, jantungnya tidak berdetak. Dia pasti mati karena overdosis. Caku harus menelpon seseorang", pekik Sakura panik. Dengan tergesa - gesa Sakura membongkar isi tasnya, berusaha mencari handphone untuk meminta bantuan.
"Tapi, siapa yang harus Caku telpon lebih dulu?", teriak Sakura bingung.
Taaaak!!!
"Gyaaaa!!!"
"Kamu berisik!!!", ujar pemuda itu sembari membuka matanya dan memperlihatkan matanya yang berwarna emas.
"Ka. . . Kamu hidup?", tanya Sakura terbata - bata.
Mata emas pemuda itu mendelik sinis, "Tentu saja aku hidup. Kamu pikir aku apa, hah?", tanya pemuda itu ketus.
"🙁Boneka chucky?", jawab Sakura apa adanya lengkap dengan wajahnya yang tanpa dosa.
"Apa kamu pernah menonton film chucky? Bisa - bisanya kamu menyamakanku dengan boneka sial itu!!! Grrrr", bentak pemuda itu. Ia menggeram dan tanpa sadar memperlihatkan gigi taringnya yang sukses membuat Sakura schok
"😱Hyaaa. Kenapa kamu bisa mempunyai gigi taring sepanjang itu? Ternyata kamu bukan chucky, tapi, manusia serigala", pekik Sakura ketakutan dan bersiap untuk melarikan diri. Tapi, belum sempat Sakura kabur, lengannya sudah ditarik hingga membuatnya terjatuh di sofa yang diduduki pemuda bermata emas itu.
"Kenapa kamu ada di sini?", tanyanya sambil menatap tajam mata hijau Sakura
"Ha? Pertanyaan itu sebaiknya kamu tanyakan langsung pada nenek Caku", jawab Sakura.
"Hanya orang bodoh yang mau masuk ke rumah ini", pungkasnya.
"😳Nenek Caku akan sangat marah sekali, lho, kalau tahu kamu mengatakannya bodoh", timpal Sakura, tapi, sepertinya pemuda bermata emas tidak peduli dengan apa yang baru saja Sakura katakan. Pemuda itu justru menyeringai sambil mendekatkan wajahnya.
"Ke. . . Kenapa kamu menyeringai seperti itu?", tanya Sakura sambil memundurkan tubuhnya menjauhi pemuda itu. Tiba - tiba saja Sakura merasa seperti kelinci yang sedang berhadapan dengan seekor serigala. Ini sungguh bukan keadaan yang baik.
To Be Continued
_Cherry Sakura_
Komentar
Posting Komentar