Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

Tentang Cinta : Bajirao Mastani

CINTA YANG MENGIKHLASKAN VS CINTA YANG EGOIS Bagi pecinta film Bollywood, pastinya sudah tidak asing dengan film yang dibintangi Deepika Padukone, Ranveer Singh dan Priyanka Chopra ini. Selain karena aktor dan aktrisnya yang merupakan artis - artis besar Bollywood, film Bajirao Mastani sendiri memang menyajikan sesuatu yang benar - benar indah. Film ini seperti mendefinisikan kata 'seni' yang sesungguhnya. Sangat aeshtetic dan tentu saja makna cinta yang terdapat di dalam film ini begitu luar biasa. Melihat film Bajirao Mastani, mau tidak mau mengingatkanku pada film Devdas yang juga merupakan hasil karya luar biasa seorang Sanjay Leela Bhansali. Kedua film yang disutradarai Sanjay Leela Bhanshali ini sama indahnya dan sama tragisnya dimana kedua karakter utama akhirnya terpisahkan dan tidak bisa saling memiliki.  Selain memiliki kisah cinta yang tragis, kedua film tersebut sama - sama memiliki satu karakter wanita yang juga memiliki cinta tidak kalah tulusnya deng

Renungan Untukku : Kuatlah Untuk Dirimu

Tahukah kau apa yang paling ku benci di dunia ini? Melihat wajahmu yang murung dan berputus asa. Itu sungguh menggores hatiku dan saat ini aku harus kembali melihat wajahmu yang bersedih. Ada apa denganmu? Apa kau masih saja memikirkan kegagalan yang baru saja terjadi? Dengarkan aku!!! Kegagalan adalah suatu hal yang bisa saja bahkan sering kali terjadi dalam hidup ini. Kegagalan bukanlah hal yang harus disesali dan diratapi seolah langit telah runtuh. Jangan, jangan lakukan itu. Jangan terus meratap dan mengutuk dirimu. Tapi, evaluasilah kegagalan itu dan perbaiki diri. Kau tak perlu terus - terusan memaksakan diri untuk melakukan yang terbaik. Kalau kau terus memaksakan diri melakukan yang terbaik diluar batas kemampuanmu, kau sendiri yang menderita bukan? Kau akan merasa lelah dan terbebani. Aku mengerti dengan kekecewaan yang kau rasakan, tapi, dengan terus memikirkan kegagalan yang kau alami maka kau akan tetap berdiri di tempat. Kau tak akan bisa ke mana - kemana jik

Renungan Untukku : Dulu Dan Sekarang

Bicara soal dulu dan sekarang, entah kenapa aku selalu merasa kalau aku sudah semakin tua. Dan sayangnya, proses menuju 'tua' itu tidak diimbangi dengan semakin baiknya aku sebagai seorang manusia. Ya, aku selalu merasa diriku yang dulu jauh lebih baik dibandingkan diriku yang sekarang. Ketika usiaku semakin bertambah dan aku menjadi seorang yang 'seharusnya' dewasa, ada beberapa hal paling berharga yang justru kubiarkan tertinggal di masa lalu. Sesuatu yang tidak kubawa ke masa sekarang. Aku mulai menyadari, ketika diriku terperangkap di dalam wujud orang dewasa, aku semakin jauh dari-Nya. Rasa - rasanya diriku di masa kini tidaklah sesering dulu ketika menengadahkan tanganku untuk meminta pada-Nya. Jika ingat hal itu, rasa rindu dan bersalah seolah menyergap hatiku. Rasanya aku ingin kembali ke diriku yang dulu, diriku yang selalu berharap dan percaya pada-Nya. Aku menulis ini bukan berarti aku sudah kehilangan kepercayaanku pada Tuhan. Tidak, tidak sama sek

Renungan Untukku : Pentingnya Sebuah Senyuman

Jujur saja, selama ini aku termasuk orang yang menganggap remeh sebuah senyuman. Apalagi aku termasuk tipe orang yang sangat tergantung dengan mood. Yang itu artinya, aku tidak akan mau merepotkan dan memaksakan diri untuk tersenyum disaat perasaanku sedang hancur berantakan. Kenapa tiba – tiba aku tertarik untuk membahas soal 'senyum' ini? Ya, itu karena secara tidak sengaja, pada hari ini aku kembali menemukan catatan harianku yang berhubungan dengan senyuman. Berhubung pada masa itu diriku masih labil, aku suka sekali menuliskan segala sesuatu ke dalam catatan harian. Kalau sekarang sudah malas untuk melakukan hal semacam itu karena sangat terasa memalukan. Kejadian itu terjadi pada tahun 2011 silam. Yup, sudah sangat lama, tapi, tetap saja sukses memberikan efek tidak menyenangkan diingatanku yang terkadang membuatku ingin membenturkan kepalaku ke tembok dengan harapan aku bisa lupa akan kejadian nista bin memalukan itu. Tapi, sayangnya, ingatanku cukup kuat untuk bisa

Renungan Untukku : Letak Bahagia

Ada begitu banyak hal yang tidak menyenangkan di dunia ini, termasuk hidup itu sendiri. Bila hidup merupakan bagian yang tak menyenangkan, lalu dimanakah letak bahagia itu? Dimanakah aku bisa menemukannya? Seseorang pernah berkata, kau bahagia melalui hatimu. Hati? Bukankah untuk bisa bahagia diperlukan hati yang tulus? Yang mampu mensyukuri hidup dan dirinya sendiri. Sialnya, hatiku tidak memiliki setitik ketulusan itu. Bahkan sebesar biji zarrah pun tidak.  Lalu bagaimana caranya aku bisa bersyukur atas diriku jika yang ada di dalam hatiku hanya kebencian? Seseorang yang di hatinya hanya ada kebencian, bisakah untuk merasa bahagia? Itu jelas tidak mungkin. Seorang pembenci tidak mungkin bisa bahagia karena apapun yang terjadi dan apapun yang dimilikinya, semua akan tetap salah di matanya. Tidak akan pernah ada kepuasan bagi seorang pembenci yang selalu beranggapan apapun yang terjadi adalah sebuah kesalahan. Hanya keburukan dan kekurangan yang bisa terlihat melalui kacamata sang

Renungan Untukku : Bisakah Kau Dengar Suaraku?

    Wahai angin yang berhembus, engkau mungkin bisa menjadi saksi betapa ku sesali kehidupan yang telah digariskan untukku. Mungkin kau jenuh melihatku terus menangisi hidup seolah kusalahkan Tuhan. Kau mungkin mengutukku karena tak bisa menjadi hamba yang baik. Aku memang tak bisa seperti angin yang akan selalu bertasbih mengagungkan nama Tuhan. Setiap pagi makhluk Allah menundukkan kepala untuk memujiNya, sedangkan aku, kutundukkan kepalaku karena ku sesali hari yang diberikan padaku. Aku tahu bahwa kasih sayang Tuhan tak terbatas, tapi, rasa takutku akan kehidupan akhirat membuatku menyesali takdirku sebagai manusia. Wahai bumi dan bebatuan, selama ini kalian menjadi saksi atas kemaksiatan yang telah kuperbuat sebagai seorang manusia dan mungkin kalian mengutuk kami sebagai makhluk yang tak tahu diri. Makhluk yang hanya membuat kerusakan di muka bumi seperti yang ditakutkan oleh para malaikat saat Tuhan akan menciptakan Bapak kami yaitu Adam. Saat di dunia kami seolah mon

Renungan Untukku : Aku Yang Dilaknat

Setan!!! Iblis!!! Siapa yang tak mengenalku? Tuhan mengutukku menjadi makhluk paling terkutuk di seluruh langit dan bumi. Ayat Kursi menjadi senjata ampuh yang bisa digunakan untuk mengusirku. Para malaikat diperintahkan mendampingi manusia untuk mengimbangi suaraku di dalam hati manusia dan manusia mengenalku sebagai sosok yang harus dijauhi juga dimusuhi. Manusia mengenalku sebagai sosok yang tersesat dan menyesatkan. Bahkan, neraka pun sudah tak sabar menantiku untuk dijadikan bahan bakar didalamnya. Tak perlu pembelaan dan penghitungan untuk menentukan tempatku nanti. Aku telah divonis sebelum kiamat tiba, bahkan sebelum anak cucu Adam beranak pinak di muka bumi ini bahwa akulah makhluk yang pasti menjadi penghuni neraka yang kekal abadi. Akulah makhluk terkutuk yang telah dicabut rahmat dariku.  Tahukah kalian, wahai manusia? Jauh sebelum kalian diciptakan dari tanah lumpur yang menjijikkan itu, aku telah terlebih dahulu bertasbih mengagungkan Tuhan dengan mulut ini. Akulah y

Renungan Untukku : Kesendirian

Sendiri. Apa yang kau rasakan saat harus berada seorang diri dalam jangka waktu yang lama???  Bisa dipastikan rasa sepi akan datang menyelusup ke dalam hati. Rasa sepi yang terkadang membuat waktu berjalan begitu lambat. Di saat seperti itu, mungkin kita akan segera mencari seseorang untuk sekedar membantu kita membunuh rasa sepi tersebut.  Beberapa dari kita membenci sesuatu yang bernama kesendirian. Yap, memangnya siapa yang ingin menghabiskan waktunya seorang diri. Sebagai manusia, tentu kita membutuhkan teman dan keluarga agar bisa mengusir rasa sepi. Tapi, tahukah kau bahwa akan ada saatnya bagi kita berada dalam kesendirian. Kesendirian paling mengerikan yang akan kita rasakan. Percayalah padaku, tak akan ada satupun dari kita yang bisa lari darinya. Kita semua pasti akan merasakannya, cepat atau lambat.  Tahukah kau kesendirian seperti apa yang ku maksud? Ya, kesendirian yang paling mengerikan itu adalah kesendirian saat kita berada di dalam kubur. Tak ada seorangpun di

Renungan Untukku : Jangan Lemahkan Hatimu

 Kenapa kau selalu melontarkan pertanyaan yang sama? Kenapa selalu bertanya seolah - olah kau tak dibutuhkan sama sekali di dunia ini? Berhentilah mengatakan kau ingin berlari ataupun menghilang. Apa kau tidak lelah mengatakan hal - hal menyedihkan seperti itu sepanjang waktu dan setiap saat?  Tak sadarkah kau jika kata - kata seperti itu yang membuatmu kian lemah dan semakin ingin menghentikan langkahmu? Dunia belum kiamat, langit belum runtuh. Kau masih bisa berlari kencang menuju masa depan yang penuh dengan cahaya benderang, masih bisa meraih mimpi - mimpimu dan masih bisa merawat taman bungamu dengan bermacam - macam mimpi.  Kenapa kau selalu berpikir untuk menyerah akan mimpimu? Tidak!!! Jangan lakukan itu!!! Jangan lagi mengatakan semua sia - sia dan akhirnya memutuskan untuk berhenti. Kau bahkan belum melakukan apapun untuk mengejar dan mewujudkan mimpimu agar ia tak hanya sekedar mimpi, tapi, nyata.  Ayolah, jika kau ingin semua mimpimu tak hanya menjadi sebatas a

Renungan Untukku : Mirror Mirror

Ketika aku melihat cermin, yang terlihat wajahmu. Ya, wajahmu. Bukan wajahku. Tak bisa ku pungkiri, terkadang aku berpikir ingin menjadi sepertimu. Terbesit sedikit rasa ingin menjadi kamu. Ingin tersenyum seperti senyummu dan ingin bertingkah sepertimu. Ada rasa dimana aku ingin meninggalkan diriku dan sejenak berkelana dalam diri orang lain. Dan orang itu adalah kamu. Ku mohon jangan marah padaku. Aku tak bermaksud merebut tempatmu atau apapun yang menjadi milikmu. Aku hanya ingin sekedar menikmati dunia melalui sudut pandangmu. Bukan sepertiku yang terlalu asyik dengan duniaku sendiri sehingga ketika ku tersadar, aku baru merasakan kalau aku seorang diri. Selama ini aku berpura - pura menikmati dunia dengan caraku, padahal aku selalu mengintip dan mengamatimu yang terlihat begitu bersinar. Bisakah aku sepertimu, menjadi kamu hanya dalam sekejap. Mungkin dunia akan menertawakanku jika secara tiba - tiba aku tersenyum pada mereka dan menyapa ramah. Ya Tuhan, itu benar - bena

Renungan Untukku : Keraguan Yang Mematikan

Ada begitu banyak keraguan di dalam hati yang pada akhirnya membuatku tetap terdiam di tempat dan tidak bergerak maju. Bahkan ketika semua orang sudah berada begitu jauh di depanku, aku masih menimbang ini dan itu dalam ketakutan yang kuciptakan sendiri. Pada akhirnya, aku sendirilah yang memposisikan diriku di tempat menyedihkan dimana sebenarnya aku tak ingin berada di dalamnya. Ya, karena bagiku hal yang paling menyedihkan itu adalah ketika aku masih terpaku di tempat yang sama, bahkan masih belum berjalan selangkah pun untuk sekedar meraih apa yang pernah kuimpikan. Aku masih berpijak di garis yang sama, garis yang tidak sedikit pun bisa kulewati karena ketakutanku sendiri. Garis kebimbanganku sendiri. Seharusnya aku mengejar apa yang kuinginkan, bukan justru membuang begitu banyak waktu berharga seperti ini. Mungkin aku adalah salah satu makhluk terbodoh di muka bumi karena tak bisa menerka apa yang ada di dalam hati dan pikiranku. Bukankah hanya orang bodoh yang tidak bi

Renungan Untukku : Kembali Teringat Mati

Terkadang pertanyaan itu muncul begitu saja di kepalaku, bagaimana rasanya mati? Ya, hati selalu bertanya - tanya bagaimana rasanya saat maut menjemput. Pikiran seperti itu muncul, bukan berarti aku sedang berputus asa dan saking putus asanya aku berencana untuk bunuh diri. Tidak, itu tidak benar sama sekali mengingat hidupku terbilang aman sentosa tanpa ada kesulitan yang berarti. Yup, bisa dibilang aku hidup dalam kehidupan yang nyaris nyaman dan berada di zona aman. Keluargaku memang bukan keluarga kaya raya yang bisa mengabulkan semua keinginanku, tapi, aku juga bukan berasal dari keluarga yang ketika aku menginginkan sesuatu maka harus rela tidak makan seminggu seperti yang biasa ada di film atau sinetron. Hidupku begitu lurus seperti jalan tol yang bebas macet dan tentu saja aku tidak punya alasan untuk sekedar memikirkan bunuh diri. Tapi, pikiran semacam itu selalu berkelebat dipikiranku? Mungkin itu terjadi karena aku yang terlalu takut memikirkan dengan cara seperti apa m

Renungan Untukku : Mati

Tahukah kau apa yang paling menakutkan di dunia ini? Ya, hanya ada satu kata dan itu adalah MATI. Siapapun pasti akan mati dan celakanya, mati bukanlah sesuatu dimana perjalanan kita akan berakhir. Mati bukanlah akhir dari penderitaan. Bukan akhir, melainkan suatu awal dimana kita akan memulai hidup baru yang abadi. Sesuatu yang sifatnya kekal, selamanya dan tiada akhir. Jujur, aku takut. Sangat takut untuk mati. Kenapa aku takut? Karena mati bukan hanya sekedar memutuskanku dengan dunia. Tidak, bukan hanya sebatas itu. Tapi, yang aku takutkan adalah akan seperti apa hidupku setelah mati. Akankah aku berbahagia? Akankah aku termasuk golongan mereka yang selamat? Dan tahukah kau apa yang membuatku paling bersedih? Karena disana aku sama sekali tidak tahu, apakah aku bisa tetap bersama mereka yang aku kasihi? Akankah kami tetap bersama seperti saat kami berada di dunia? Aku takut kami semua akan terlempar ke dalam api neraka. Aku takut di padang Mahsyar nanti aku menjadi orang e

Renungan Untukku : Jangan Biarkan Mimpi Itu Mati

Ketika aku sedang sendiri, sesekali ingatan itu masih gemar datang hanya untuk sekedar menyapa. Ya, terkadang ia masih suka  membawaku kembali ke masa kecil yang penuh dengan kebebasan. Dimana aku maupun kau bisa tertawa tanpa beban dan merasa sangat bahagia. Tidakkah kau juga merindukan masa - masa itu? Masa dimana kau bisa bermimpi sesuka hatimu. Masa dimana kau bisa mengatakan apa yang menjadi mimpimu dengan suara lantang dan percaya bahwa hal itu suatu saat nanti akan menjadi kenyataan. Aku ingin menjadi dokter. Aku ingin menjadi guru. Aku ingin menjadi polisi. Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ada begitu banyak daftar keinginan yang sudah tercatat dalam benak, yang bahkan bisa diingat tanpa harus menuliskannya ke dalam tulisan. Terkadang aku malu, aku benar - benar merasa sangat malu. Ketika aku masih terperangkap dalam tubuh kecilku, aku bisa merangkai begitu banyak mimpi yang kupercayai bahwa suatu saat nanti aku bisa mewujudkannya. Pada saat itu, aku memiliki keberanian

Renungan Untukku : Masih Bisakah Aku?

Terkadang kemunafikan menjadi sahabat sejati yang setia menemani sepanjang perjalanan hidup... Seringkali aku memerlukan banyak topeng untuk sekedar mengarungi bahtera kehidupan... Hingga aku rela mengorbankan wajah asliku yang telah dititipkan... Hingga akhirnya aku lupa akan wajah dan namaku sendiri... Hiruk pikuk dunia membuatku sibuk berakting menyerupai orang lain... Hingga akhirnya tanpa sadar diriku telah menjadi orang lain yang tak punya identitas diri... Yang justru tersesat dalam hatinya sendiri... Yang tak mampu mendengar suara hatinya maupun seruan-Mu... Dapatkah aku kembali pulang bila aku tak tahu namaku sendiri? Masih maukah Kau bukakan pintu-Mu setelah sekian lama aku tersesat dalam nama orang lain... Ku berusaha mengingat namaku dengan mengingat nama-Mu... Hanya dengan menyebut nama-Mu... Maka bisa ku temukan jalan untuk kembali pulang... Ku coba tundukkan kepalaku pada-Mu agar ku sadari be

Renungan Untukku : Petuah Sang Angin

Saat aku berhembus, seringkali aku mendengar permintaan dan melihat doa memenuhi cakrawala. Tapi, begitu sedikit doa yang dipanjatkan dengan hati yang tulus dan ikhlas. Seringkali doa yang terpanjat bernada menyalahkan dan menghujat Tuhan. Doa yang selalu mempertanyakan di mana letak keadilan TUHAN. Apakah mata manusia memang tak punya kemampuan untuk melihat keadilan itu? Apa mata manusia hanya ada untuk melihat kekurangan dan keburukan saja? Begitu susahnya untuk sekedar melihat kasih sayang Tuhan, begitu kerasnya hati manusia hingga untuk merasakan setetes cinta saja tak mampu. Andai manusia bisa mengerti bahwa tak ada cinta setulus dan abadi seperti Cinta Tuhan pada makhlukNYA. Cinta yang tak akan pudar walau kematian datang menyambut. Cinta yang tak akan hilang ditelan waktu. Ingatlah, Tuhan bahkan tak akan membencimu hanya karena satu kesalahan seperti murkaNYA TUHAN pada iblis karena satu kesalahan. Sadarkah kalian para manusia bahwa ketika kalian merasa permintaan kali