Tentang Cinta : Bajirao Mastani

CINTA YANG MENGIKHLASKAN VS CINTA YANG EGOIS

Bagi pecinta film Bollywood, pastinya sudah tidak asing dengan film yang dibintangi Deepika Padukone, Ranveer Singh dan Priyanka Chopra ini. Selain karena aktor dan aktrisnya yang merupakan artis - artis besar Bollywood, film Bajirao Mastani sendiri memang menyajikan sesuatu yang benar - benar indah. Film ini seperti mendefinisikan kata 'seni' yang sesungguhnya. Sangat aeshtetic dan tentu saja makna cinta yang terdapat di dalam film ini begitu luar biasa.

Melihat film Bajirao Mastani, mau tidak mau mengingatkanku pada film Devdas yang juga merupakan hasil karya luar biasa seorang Sanjay Leela Bhansali. Kedua film yang disutradarai Sanjay Leela Bhanshali ini sama indahnya dan sama tragisnya dimana kedua karakter utama akhirnya terpisahkan dan tidak bisa saling memiliki. 

Selain memiliki kisah cinta yang tragis, kedua film tersebut sama - sama memiliki satu karakter wanita yang juga memiliki cinta tidak kalah tulusnya dengan cinta sang tokoh utama wanita. Bahkan untuk film Bajirao Mastani, aku justru lebih terpukau dan jatuh cinta setengah mati pada sosok Kashibai yang diperankan dengan sangat sempurna oleh Priyanka Chopra dibandingkan sosok Mastani selaku peran utama wanita.

Bajirao Mastani, dari judulnya saja bisa langsung ditarik kesimpulan jika garis besar film ini adalah tentang cinta antara Bajirao dan Mastani. Perjuangan mereka dan betapa besarnya cinta yang dimiliki keduanya hingga melanggar batas - batas termasuk status dan agama. Yup, Mastani bahkan tidak peduli dengan status Bajirao yang telah beristri. Mastani rela menjadi istri kedua dan rela dikucilkan. 

Jika dilihat secara kasat mata posisi Mastani memang menyedihkan, tapi, bukan cinta Bajirao dan Mastani yang membuatku menangis ketika menonton film ini. Adegan yang membuatku selalu menitikkan air mata justru karena sosok dari Kashibai, sang istri pertama yang begitu tulus dan lugu.

Jika orang - orang mengatakan cinta Mastani sangat besar, maka aku pun akan mengatakan bahwa cinta Kashibai jauh lebih besar dan jauh lebih tulus. Dari sosok Kashibai, kita akan tahu arti cinta sesungguhnya. Cinta bukan hanya harus dimiliki atau didapatkan, tapi, juga tentang mengikhlaskan. 

Bayangkan, istri mana yang bisa berbesar hati menyambut suami datang bersama wanita lain di rumah mereka sendiri. Sakit, tapi, Kashibai masih sanggup berdiri untuk melakukan itu. Bahkan yang membuatku tak habis pikir ketika Kashibai menyelamatkan Mastani dari percobaan pembunuhan. Bukan hanya sekali, berkali - kali Kashibai berusaha menolong Mastani. Sesuatu yang benar - benar luar biasa yang pernah dilakukan seorang wanita untuk seseorang yang menjadi penyebab terbaginya cinta sang suami.

Aku membayangkan bagaimana seandainya jika aku yang berada di posisi Kashibai. Aku pasti tak akan pernah menyambut perempuan lain di rumahku sendiri. Aku mungkin juga akan berpura - pura tidak tahu ketika nyawa wanita itu sedang terancam. Bukankah bisa menjadi suatu keuntungan jika wanita perebut itu celaka atau terbunuh?

Tapi, tidak. Kashibai tidak pernah membiarkan sesuatu yang buruk terjadi pada Mastani karena Kashibai tahu sumber kebahagiaan Bajirao ada pada Mastani. Karena bagi Kashibai sendiri, kebahagiaannya ada pada Bajirao sedangkan kebahagiaan Bajirao terpusat pada Mastani. Lalu, bagaimana caranya Kashibai bisa berbahagia jika sang belahan jiwanya bersedih?

Demi Bajirao, Kashibai bertahan. Demi cintanya, Kashibai mengalah. Demi kebahagiaan sang suami, Kashibai mengikhlaskan ada wanita lain berada di sisi suaminya. Walaupun tak sepenuhnya ikhlas, meskipun tak sepenuhnya berlapang dada, tapi, melihat pengorbanan Kashibai maka kita akan tahu seberapa besar cinta Kashibai. Melalui Kashibai, kita akan belajar bagaimana cinta itu sesungguhnya.

Cinta Mastani dan Bajirao juga sama besarnya, mereka berdua bahkan tidak bisa hidup tanpa satu sama lain. Tapi, dari mereka, aku tidak bisa melihat cinta yang sebenarnya ingin ku lihat. Cinta mereka sangat besar, tapi, cenderung egois dan memaksa. Kenapa aku katakan egois? Karena di antara cinta mereka, ada hati yang terluka. Ada cinta yang terpecah.

Sebenarnya dari awal, cinta Bajirao dan Mastani sudah salah atau mungkin kalah. Kalah oleh takdir. Memang tidak ada seorangpun yang bisa mencegah pernikahan Bajirao dan Mastani, tapi, lihatlah bagaimana akhir kisah cinta mereka. Berakhir menyedihkan dimana yang hancur bukan hanya dua hati melainkan tiga hati. Bajirao, Mastani dan Kashibai.

Dan lagi - lagi sosok paling tangguh di antara cinta segi tiga ini tak lain dan tak bukan adalah Kashibai. Istri pertama yang mati - matian berusaha menyelamatkan Mastani dari hukuman mati. Melihat sosok Kashibai dan caranya mencintai, aku mengerti kenapa Bajirao tetap tidak bisa melepaskan Kashibai meski di sisinya telah ada Mastani?

Karena bagaimanapun juga Bajirao masih mencintai Kashibai, rasa bersalahpun kerap bergelayut di hati Bajirao ketika melihat luka yang terlukis di wajah Kashibai. Tapi, seperti yang sudah ku katakan cinta Bajirao dan Mastani itu egois. Cinta yang entah kenapa lebih terlihat seperti sebuah obsesi. Harus saling memiliki. Harus selalu bersama. Tak peduli ada yang terluka, bahkan hati sendiri pun ikut terluka.

Ya, bukan hanya Kashibai yang terluka. Bajirao dan Mastani pun jika dilihat tak sepenuhnya bahagia. Ada rasa bersalah. Ada luka yang juga menggores hati mereka. Bukankah dari sini, kita bisa melihat bahwa cinta yang terlalu memaksa tak akan berujung baik? Kau bisa memiliki, tapi, tak bahagia. Lalu, apa gunanya itu? Bukankah kisah cinta Bajirao Mastani menjadi suatu tragedi?

Andai saja keduanya bisa menahan diri, andai saja keduanya tidak menenggelamkan diri dalam cinta buta, mungkin kisah cinta ketiga orang ini tidak akan berakhir tragis. Dari tiga karakter ini kita bisa melihat dan memilih ingin mencintai dengan cara seperti apa? Cinta yang memaksa hingga menghancurkan segalanya atau cinta yang mengikhlaskan. Ingat, cinta yang salah hanya akan membawa pada kehancuran.

_Cherry Sakura_