Hari itu, di kelas 1 Raflesia, Sakura yang biasanya selalu bersemangat tampak murung di kursinya. Bahkan saking murungnya, aura negatif menguar dengan sangat kuat dari tubuh Sakura hingga menarik roh - roh gentayangan berkeliaran di sekitar Sakura.
"Sa. . . Sakura?", dengan ragu - ragu, Usagi mendekat dan menepuk pundak Sakura.
Sakura mengangkat wajahnya, memicingkan mata berusaha untuk memperjelas penglihatan. "Uwaaaa, kenapa keadaan kelas kita jadi suram begini? Penglihatan Caku memburuk", pekik Sakura histeris. Ia panik karena tiba - tiba saja matanya rabun mendadak.
"Sakura", panggil Usagi lagi. Mencoba menarik perhatian Sakura yang masih sibuk dengan penglihatannya yang menggelap, "Ng. . . Kamu dipanggil anak - anak kelas 3 Mawar Merah"
"Anak kelas 3 Mawar Merah?", seru Sakura girang. Ekspresi nelangsa yang tadi terpampang nyata di wajah Sakura mendadak lenyap. Ia menatap Usagi dengan mata hijaunya yang berbinar - binar. "Apakah Kak Azuka yang mencari Caku? Bagus, akhirnya dia merindukan Caku", ujar Sakura bersemangat. Tangannya segera meraih bedak yang ada di dalam tas dan menyapukan bedak itu di wajahnya.
"Kamu lupa dengan jalan ceritanya, ya?", ucapan Usagi berhasil menghentikan kegiatan Sakura mempermak wajahnya. "Bukan Kak Kamoshita yang mencarimu, tapi, Kak Kawamoto"
Phaaats.
Mendengar kenyataan bahwa yang mencari dirinya adalah Reoka Kawamoto si tukang bully dan bukannya Azuka Kamoshita yang tampan, mata berbinar Sakura berubah menjadi tatapan kosong. Tanpa sadar, Sakura menjatuhkan bedak yang dipegangnya ke lantai. Detik itu juga Sakura merasa sesuatu yang buruk akan menimpa dirinya.
Hell Boy
"Kamu sahabat dari anak yang tidak mau datang ke sekolah itu, kan?" tanya Reoka Kawamoto begitu Sakura tiba di belakang gedung Vermilion School.
"Olga tidak mau datang ke sekolah lagi gara - gara kalian. Dasar tukang bully tidak punya perasaan. Kalian sudah melukai dan memandang rendah manusia. Jiwa kalian terkena karma dan tenggelam dalam dosa", ucap Sakura garang sembari menunjuk ke arah Reoka dan kawan - kawan. Aoi bahkan sampai terkesima dan kebingungan ketika mendengar Sakura mengucapkan kata - kata yang ada di komik Hell Girl dengan begitu fasihnya. Pertanyaannya adalah kenapa jadi Sakura yang mengutuk mereka ala Hell Girl?
"Kenapa jadi kamu yang mengucapkan kata - kata itu?", tanya Reoka bingung. Ini bahkan tidak sesuai dengan skenario yang ada.
Seperti tersadarkan akan sesuatu, Sakura sontak menutup mulutnya dan nyengir. "Benar juga, kenapa jadi Caku yang mengucapkan kata - kata itu? Caku terlalu bersemangat. Maafkan Caku", ucap Sakura sambil membungkukkan tubuhnya.
Begitu Sakura membungkuk untuk meminta maaf, tiba - tiba saja dua gadis yang ada di kelompok itu mencengkram lengan Sakura. "Kalian mau apa?", tanya Sakura terkejut dengan perlakuan kasar yang diterimanya.
Reoka menyeringai. Seringai yang membuat Sakura kembali merasakan firasat buruk. Seringai khas sang pembully ketika menemukan target baru.
"Kamu kesepian karena tidak memiliki teman, kan?", Reoka tersenyum sinis. Tangannya membuka tutup spidol yang dipegangnya. "Mulai hari ini kami akan mengajakmu bermain"
Tubuh Sakura bergetar hebat. Ini tidak baik!!! Sakura tentu tahu apa maksud Reoka ketika membuka tutup spidol yang ada di tangannya, terlebih lagi ketika Reoka mengarahkan spidol itu ke wajah Sakura. Itu jelas adalah salah satu tanda - tanda pembullyan akan dimulai.
"Ti. . . Tidaaaaak!!!", teriak Sakura histeris. "Itu bukan spidol permanen, kan?"
"Eh, iya?", jawab Reoka dengan raut wajah yang entah kenapa mendadak berubah. Aura tukang bully yang tadi dikeluarkannya mendadak lenyap ketika menjawab pertanyaan Sakura. "Dicuci dengan air bisa langsung hilang, kok. Jadi kamu tenang saja?"
Sakura menatap Reoka dengan ekspresi wajah terluka. Ekspresinya itu justru membuat Reoka gusar. Reoka mengamati spidol yang ada di tangannya. Spidol itu bahkan bukan spidol permanen, lalu dimana letak masalahnya? Dibully saja belum, bocah berambut merah muda itu sudah memasang ekspresi seperti anak kucing kecebur di got. Empati Reoka melonjak ke angka 100 ketika melihat wajah menyedihkan Sakura. Reoka langsung teringat pada adik perempuan yang sangat disayanginya.
"Jahaaaat", jerit Sakura meraung - raung. "Kalian tidak benar - benar serius membully Caku. Seharusnya kalian pakai spidol permanen supaya lebih dramatis dan Caku terlihat seperti orang yang teraniaya"
"Kalau pakai yang tahan air, susah membersihkannya, lho. Kamu lupa kalau kulitmu itu sensitif", Aoi angkat bicara. Sama seperti Reoka, Aoi mulai tidak tega melihat ekspresi anak kucing kecebur di got yang ditampilkan Sakura dan sebisa mungkin ingin menyudahi drama tidak penting ini. Menjadi seorang artis bukanlah cita - cita Aoi. Aoi hanya ingin menjadi seorang penulis, bukannya orang yang berlakon dan terlibat langsung dalam sebuah drama.
"Atau mau coba pakai lipstick saja? Ini lebih lembut di kulit wajah", usul Aisi sembari menyodorkan sebuah lipstick.
"Pakai maskara yang waterproof mungkin bisa", Rokuna ikut menimpali.
Sakura merengut. Wajahnya menatap bete gerombolan kakak kelas yang berdiri dengan harap - harap cemas menunggu pilihan Sakura. Yang manakah yang akan dipilih Sakura untuk mencorat coret wajahnya? Apakah spidol non permanen, lipstick berwarna lembut atau maskara water proof?
Hell Boy
Suara langkah kaki Sakura terdengar memasuki kediaman Seiryu, memecah keheningan yang sedari tadi tercipta. Rintama yang sedari tadi sibuk menyusun puzzle raksasa miliknya sontak melihat ke arah pintu ketika pintu terbuka dan sepupu berambut merah mudanya itu muncul dari balik pintu.
"Hm? Kamu sudah pulang?", sapa Rintama begitu melihat Sakura. Tapi, tidak seperti kebiasaan Sakura. Kali ini Sakura sama sekali tidak membalas sapaan Rintama. Sakura bahkan tidak berteriak heboh ataupun menginjak dengan semena - mena papan puzzle milik Rintama seperti yang biasa dilakukannya. Alih - alih mengganggu Rintama yang sedang berkutat dengan papan puzzlenya, Sakura justru langsung berlari menaiki tangga menuju ke kamarnya. Rintama mengernyitkan alisnya, merasa ada yang aneh pada diri Sakura.
Sedangkan Sakura, setibanya di kamar secepat kilat memeluk bantal kepala babi super besar dan langsung menutupi wajahnya dengan bantal kepala babi. Sakura menangis sekeras - kerasnya. Dia merasa terluka atas pembullyan yang diterimanya hari ini. Pembullyan yang seharusnya bisa menjatuhkan mentalnya, tapi, sayangnya itu tidak terjadi.
"Uch. Huweeee. Dasar tukang bully amatir. Mereka sama sekali tidak mau mencoret wajah Sakura. Caku merasa terhina. Huweeee", Sakura kembali meraung mengingat kejadian hari ini. Harapannya untuk bisa menjadi korban bully yang tangguh gagal total hanya karena kelompok itu kehilangan ketetapan dan kemantapan hati untuk membully.
Ya, pada hari ini Sakura selamat dari tindakan pembullyan. Itulah yang menyebabkan Sakura menangis meraung - raung. Alasan yang cukup aneh, bukan?
To Be Continued. . .
_Cherry Sakura_
Komentar
Posting Komentar