DUA CINTA DENGAN DUA WARNA
Gulabji, karakter yang ada dalam film Bollywood berjudul Saawariya ini memang bukanlah karakter utama. Karakter yang diperankan oleh Rani Mukerji ini hanyalah sosok peran wanita pendukung, tapi, lagi - lagi sang pemeran pendukunglah yang menarik perhatianku daripada sang bintang utama. Entah kenapa di tiap film yang disutradarai Sanjay Leela Bhansali, sang pemeran pendukung selalu terlihat lebih bersinar dengan caranya mencintai.
Setiap kali menonton film karya SLB, aku selalu mengatakan sang pemeran utama sering kali mencintai dengan cara yang pincang dan tidak sempurna. Sang pemeran utama sering kali mencintai, tapi, setelah itu mereka buta dengan sekelilingnya. Mereka mencintai lalu tanpa disadari cinta itu melukai entah siapa. Entah dirinya sendiri atau bahkan orang lain. Dan aku sungguh tidak suka dengan cinta yang seperti itu.
Hal serupa juga terjadi di dalam film 'Saawariya'. Film ini sebenarnya tentang cinta Raj pada Sakinah, cinta yang hanya untuk Sakinah. Tapi, ironisnya sang wanita pujaan yang menjadi pusat rotasi Raj justru mencintai dan menunggu pria lain. Jika harus membandingkan antara Sakinah dan Gulabji, pria manapun pasti akan lebih memilih seorang wanita seperti Sakinah yang jelas statusnya, yang lembut perangainya dan terlihat suci bak malaikat.
Memang laki - laki mana yang sudi menjadikan wanita seperti Gulabji sebagai pendamping? Wanita penjaja cinta yang jelas - jelas kotor di mata orang lain. Wanita penggoda yang hanya memanfaatkan tubuhnya untuk menggoda para pria demi uang. Ibaratnya, sosok Sakinah adalah kain putih bersih sedangkan Gulabji hanyalah seonggok kain hitam yang kotor, begitu tak berharga.
Sosok Gulabji memang kotor dan penuh dosa, tapi, dalam hal mencintai, cintanya suci. Mungkin itulah yang dinamakan dengan tahu diri. Gulabji sadar siapa dirinya. Dirinya yang adalah seorang pelacur mana boleh berharap akan cinta sejati. Karena itulah, meski Gulabji mencintai Raj, ia tak lantas menjadikan cintanya sebagai obsesi dan ambisi. Ia tetap mencintai Raj dalam diam. Tetap mendukung Raj mengejar cintanya meskipun jika Gulabji mau, ia bisa memanfaatkan keadaan untuk menarik Raj ke dalam pelukannya.
Tapi, tidak. Gulabji tidak pernah mencoba memanfaatkan keadaan. Bahkan ketika Raj dalam keadaan kacau sekalipun, ketika Raj sendiri yang datang kepadanya, Gulabji tidak sekonyong-konyong menawarkan cinta dan pelukan hangatnya untuk Raj. Ia mendorong Raj pergi, berusaha keras agar Raj tak jatuh ke dunia yang kotor bersamanya. Seorang pelacur seperti Gulabji masih bisa memperlakukan cintanya dengan jauh lebih baik daripada Sakinah dalam hal mencintai.
Sakinah adalah sosok yang sangat baik dan lembut, tapi, melihat caranya mencintai mau tak mau membuatku melihat sosok Sakinah laksana karakter antagonis bertopeng malaikat yang selalu tersenyum. Kenapa aku anggap Sakinah sebagai karakter antagonis bertopeng malaikat? Itu karena ending yang sukses membuatku berteriak 'WHAT THE HELL'?. Aku sampai tak mempercayai penglihatanku ketika pada akhirnya Sakinah berlari meninggalkan Raj ketika melihat sosok Imaan kembali.
Melihat adegan itu, rasanya bukan hanya hati Raj saja yang retak. Hatiku rasanya juga ikut berbunyi 'krak' melihat adegan itu. Menurutku, sosok Sakinah tidak konsisten dengan perasaannya sendiri. Hatinya masih terpaut pada Imaan, tapi, ia memberi harapan untuk Raj. Ia masih berharap akan kedatangan Imaan, tapi, ia mengizinkan Raj untuk tetap berada di sisinya. Tidakkah itu suatu perbuatan yang egois?
Menurutku apa yang dilakukan oleh Sakinah egois. Ia hanya mengikuti perasaannya saja tanpa memikirkan perasaan orang lain. Jikalau seandainya Imaan kembali lebih lama, seandainya Imaan kembali setelah ia dan Raj menikah, apakah ia juga akan langsung berlari meninggalkan Raj begitu saja? Apakah keberadaan Raj hanya sebatas itu saja? Hanya sebagai angin lalu yang tak berbekas? Hanya sebagai pelarian?
Sakinah dan Gulabji, dua wanita dengan warna berbeda. Yang satu berwarna putih, dan yang lain berwarna hitam. Yang satu beruntung karena selalu dicintai dan menerima begitu banyak cinta sedangkan yang lain hanya bisa mencintai tanpa bisa menerima. Keduanya sama - sama memiliki cinta. Yang membedakan hanyalah keberuntungan. Sakinah beruntung dan Gulabji tidak.
Tapi, yang namanya cinta tetap saja cinta, bukan? Seperti pepatah yang mengatakan intan yang keluar dari mulut anjing, tetap saja itu intan. Begitupun dengan cinta. Cinta dari seorang pelacur bukan berarti cinta itu hina. Bisa saja cinta itu lebih suci daripada cinta dari seseorang berwarna putih bersih tak bercela. Mungkin saja cintanya itu lebih tulus daripada malaikat yang selalu tersenyum.
Raj mencintai seseorang yang telah dilimpahi dengan begitu banyak cinta dan ia tak melihat jika ada seseorang yang mencintainya lebih tulus dan tak bersyarat. Sering kali kita pun seperti itu. Kita mengejar cinta milik orang lain dan tanpa sadar melepaskan cinta yang sebenarnya. Kita terus menunggu seseorang yang sibuk menunggu orang lain hingga akhirnya waktu terbuang sia - sia. Tak ada satupun yang didapat. Pada akhirnya hanya kesendirian yang menunggu.
Cinta memang buta, cinta juga tidak bisa dipaksa. Tapi, setidaknya sesekali lihatlah sekelilingmu. Ada dia yang mencintaimu dengan tulus. Tidakkah kau bisa melihatnya? Cintanya yang tertutup oleh gelapnya masa lalu, meski tak terlihat, paling tidak cobalah untuk merasakannya. Mungkin saja cinta itu yang bisa membawamu kepada kebahagiaan yang sesungguhnya.
Pelacur sekalipun, sekotor apapun dia, kita tak berhak untuk merendahkannya. Tak seorangpun berhak menertawakan siapapun ketika ia jatuh cinta, bahkan walaupun yang jatuh cinta itu adalah seorang pelacur. Bukankah cinta mempunyai kekuatan untuk merubah seseorang menjadi lebih baik atau bahkan menjadi jauh lebih buruk? Ya, hanya cinta yang punya kekuatan seperti itu.
Raj memang mencintai wanita yang lebih baik, tapi, ia dicintai seseorang dengan cinta yang jauh lebih tulus. Raj mengejar cinta yang bukan miliknya dan ia dijaga oleh cinta yang selalu mendukung juga menguatkannya. Dan ketika Raj ditinggalkan oleh cinta yang dikejarnya, cinta yang tak terlihat itu masih saja menunggunya. Cinta yang bisa saja menjadi tempat Raj untuk kembali dan pulang. Cinta yang sebenarnya bisa menjadi rumah yang menenangkan.
Sekali lagi, cinta punya banyak warna. Karena itu, janganlah silau dengan cinta yang berwarna semarak. Jangan terlena dengan cinta yang berwarna terang yang menyilaukan mata. Karena bisa saja, cinta dengan warna yang tak terlihat, itulah cinta yang sebenarnya.
Menurutku apa yang dilakukan oleh Sakinah egois. Ia hanya mengikuti perasaannya saja tanpa memikirkan perasaan orang lain. Jikalau seandainya Imaan kembali lebih lama, seandainya Imaan kembali setelah ia dan Raj menikah, apakah ia juga akan langsung berlari meninggalkan Raj begitu saja? Apakah keberadaan Raj hanya sebatas itu saja? Hanya sebagai angin lalu yang tak berbekas? Hanya sebagai pelarian?
Sakinah dan Gulabji, dua wanita dengan warna berbeda. Yang satu berwarna putih, dan yang lain berwarna hitam. Yang satu beruntung karena selalu dicintai dan menerima begitu banyak cinta sedangkan yang lain hanya bisa mencintai tanpa bisa menerima. Keduanya sama - sama memiliki cinta. Yang membedakan hanyalah keberuntungan. Sakinah beruntung dan Gulabji tidak.
Tapi, yang namanya cinta tetap saja cinta, bukan? Seperti pepatah yang mengatakan intan yang keluar dari mulut anjing, tetap saja itu intan. Begitupun dengan cinta. Cinta dari seorang pelacur bukan berarti cinta itu hina. Bisa saja cinta itu lebih suci daripada cinta dari seseorang berwarna putih bersih tak bercela. Mungkin saja cintanya itu lebih tulus daripada malaikat yang selalu tersenyum.
Raj mencintai seseorang yang telah dilimpahi dengan begitu banyak cinta dan ia tak melihat jika ada seseorang yang mencintainya lebih tulus dan tak bersyarat. Sering kali kita pun seperti itu. Kita mengejar cinta milik orang lain dan tanpa sadar melepaskan cinta yang sebenarnya. Kita terus menunggu seseorang yang sibuk menunggu orang lain hingga akhirnya waktu terbuang sia - sia. Tak ada satupun yang didapat. Pada akhirnya hanya kesendirian yang menunggu.
Cinta memang buta, cinta juga tidak bisa dipaksa. Tapi, setidaknya sesekali lihatlah sekelilingmu. Ada dia yang mencintaimu dengan tulus. Tidakkah kau bisa melihatnya? Cintanya yang tertutup oleh gelapnya masa lalu, meski tak terlihat, paling tidak cobalah untuk merasakannya. Mungkin saja cinta itu yang bisa membawamu kepada kebahagiaan yang sesungguhnya.
Pelacur sekalipun, sekotor apapun dia, kita tak berhak untuk merendahkannya. Tak seorangpun berhak menertawakan siapapun ketika ia jatuh cinta, bahkan walaupun yang jatuh cinta itu adalah seorang pelacur. Bukankah cinta mempunyai kekuatan untuk merubah seseorang menjadi lebih baik atau bahkan menjadi jauh lebih buruk? Ya, hanya cinta yang punya kekuatan seperti itu.
Raj memang mencintai wanita yang lebih baik, tapi, ia dicintai seseorang dengan cinta yang jauh lebih tulus. Raj mengejar cinta yang bukan miliknya dan ia dijaga oleh cinta yang selalu mendukung juga menguatkannya. Dan ketika Raj ditinggalkan oleh cinta yang dikejarnya, cinta yang tak terlihat itu masih saja menunggunya. Cinta yang bisa saja menjadi tempat Raj untuk kembali dan pulang. Cinta yang sebenarnya bisa menjadi rumah yang menenangkan.
Sekali lagi, cinta punya banyak warna. Karena itu, janganlah silau dengan cinta yang berwarna semarak. Jangan terlena dengan cinta yang berwarna terang yang menyilaukan mata. Karena bisa saja, cinta dengan warna yang tak terlihat, itulah cinta yang sebenarnya.
_Cherry Sakura_
Komentar
Posting Komentar