Ketika malam menjelang dan kesunyian mulai menyapa, ketakutan itu selalu merayap. Rasa sepi seperti itu sering kali membuatku terpikirkan akan rasa ingin mati. Bukan, bukan berarti aku sedang depresi dan ingin mati, hanya saja rasa sepi di tengah malam selalu membuatku terbayang dengan hidup setelah mati. Aku takut, ketika aku mati nanti aku akan menjadi orang yang paling kesepian. Aku takut, aku akan terperangkap seorang diri dalam kegelapan yang menyesakkan.
Terkadang aku berharap, andai surga dan neraka itu tak pernah ada. Sering kali aku berpikir, andai keberadaan neraka itu hanyalah dongeng yang tak benar adanya. Jika surga dan neraka itu tak pernah ada, rasanya aku bisa mati dengan tenang dan melegakan. Karena itu berarti, segalanya jelas telah berakhir. Aku hanya akan menghilang setelah jasadku habis dimakan cacing dan ulat. Segalanya selesai, seperti lembaran kisah yang tertulis dalam sebuah buku.
Tapi, itu semua hanyalah harapanku. Surga dan neraka bukanlah dongeng yang ada untuk menakut - nakuti anak - anak. Keduanya memang ada sebagai hadiah perjalanan kita selama di dunia. Surga untuk mereka yang berhati baik dan neraka untuk para pendosa. Lalu, bagaimana aku bisa merasa tenang jika aku saja tak pernah tahu di antara kedua tempat itu yang manakah yang akan kekal ku tempati?
Sungguh, aku selalu berharap setelah mati tak akan ada apa - apa lagi. Aku bisa melupakan dan terlupakan. Aku bisa menghilang dan bukannya terhimpit oleh tanah kubur yang marah. Aku bisa lenyap dan bukannya bertemu dengan Malaikat Munkar Nakir yang bersiap untuk bertanya apa - apa saja yang telah ku perbuat?
Jika saja dengan mati semuanya selesai, ku rasa aku tak perlu lagi menangis. Ya, tak akan ada yang perlu kutangisi dan kutakuti. Aku takut, bukan hanya diriku saja yang kesepian. Aku takut, kedua orang tuaku pun akan kesepian. Aku takut, jika mereka yang kukasihi juga akan kesepian. Aku tak baik. Aku bukan malaikat. Doaku saja belum tentu bisa menyelamatkanku, lalu apakah doaku bisa menyelamatkan mereka yang begitu berharga untukku? Apa suaraku bisa terdengar?
Sebut saja aku serakah, memang aku begitu rakus. Aku tak ingin selamat seorang diri, aku ingin mereka semua juga selamat bersamaku. Aku ingin bisa bertemu dengan mereka di akhirat, bukan hanya di dunia ini saja. Aku ingin mereka semua baik - baik saja. Bukankah permintaanku terlalu banyak? Sedangkan diriku saja sering kali melupakan dan meninggalkan Tuhan. Aku merasa tak pantas untuk meminta, tapi, hanya Tuhan satu - satunya tujuanku. Satu - satunya harapanku. Lalu, nanti apakah IA bersedia menjadi penyelamat bukan hanya untukku?
Setiap malam, aku masih mengharapkan hal yang sama agar surga dan neraka itu tak pernah ada. Aku masih berharap andai kubur itu tak pernah menghimpit dan jembatan sirat itu tak perlu dilewati sehingga ketika aku harus meninggalkan dan ditinggalkan aku tak perlu merasa takut lagi. Aku bisa merasa tenang ketika meninggalkan dan ditinggalkan karena itu berarti tak akan ada lagi hal - hal yang menyakitkan ataupun menakutkan.
Memang ada begitu banyak jalan untuk menuju surga, tapi, jauh lebih mudah untuk menceburkan diri dalam neraka. Hati yang selalu membenci, lisan yang tanpa sadar telah menyakiti, aurat yang tak tertutup sempurna dan harta benda yang tak jelas dipergunakan untuk apa. Segalanya membuatku takut. Takut karena aku yang tak mampu untuk melindungi diri dari perbuatan tercela. Takut kalau - kalau doaku tak bisa menyelamatkan siapapun.
Aaah, seandainya surga dan neraka itu memang tak pernah ada, mungkin malam ini aku masih bisa tidur dengan tenang dan nyaman.
_Cherry Sakura_
Komentar
Posting Komentar