Pukul 1.54 dan aku masih terjaga sampai sekarang. Sebenarnya dari dulu aku ingin memperbaiki pola tidurku, tapi, seperti sudah menjadi kebiasaan aku tidak pernah bisa tertidur di bawah jam 10 malam bahkan walaupun aku tidak sedang melakukan apapun.
Dulu, malam adalah salah satu hal yang kusukai. Suasana yang damai dan sepi, waktu yang tepat untuk merenung. Tapi, belakangan aku justru mulai membenci malam. Ada rasa takut setiap kali aku ingin memejamkan mata dan akhirnya insomniaku semakin parah. Aku semakin sulit untuk tidur.
Suasana yang sepi sering kali membuatku memikirkan banyak hal, salah satunya mati. Mungkin benar, semakin kita berumur dan semakin tua, kita akan semakin mengingat mati. Setiap kali aku ingin memejamkan mata, aku selalu takut bagaimana kalau mataku terpejam untuk selamanya. Bagaimana kalau aku tidak bisa melihat matahari pagi lagi? Bagaimana kalau malam ini adalah malam terakhirku? Bagaimana kalau ternyata hari ini adalah hari terakhir aku bisa melihat orang tuaku dan saudara - saudaraku.
Apa aku sudah cukup baik? Apa aku sudah cukup membahagiakan orang sekitarku? Apa aku bisa mati dengan selamat? Apa aku bisa menjadi orang yang beruntung? Apa do'aku bisa menjadi penyelamat untuk orang tuaku dan diriku sendiri?
Ada banyak pertanyaan berputar di kepalaku. Ada banyak rasa takut menghampiri hatiku. Ini bukan hanya tentang ketakutanku akan mati. Aku justru lebih takut dengan adanya kehidupan setelah mati. Takut ketika aku membuka mata, aku sudah berada di alam kubur seorang diri. Takut ketika aku mati, tidak ada lagi amal jariyah yang bisa terus mengalir untukku.
Aku sempat merasa iri ketika salah seorang temanku melahirkan dan ternyata anak yang dilahirkannya meninggal dunia. Bukan berarti aku berbahagia di atas penderitaan orang lain. Aku hanya merasa iri karena paling tidak dia sudah memiliki tabungan di akhirat dan mempunyai anak lain yang menjadi tanggung jawabnya di dunia. Sedangkan aku tidak mempunyai keduanya.
Salah satu hal yang membuatku takut adalah ketika aku mati segalanya berhenti untukku. Tidak ada yang mendo'akan dan tidak ada amal jariyah. Aku takut ketika aku mati aku hanya akan menjadi sesuatu yang sia - sia dan terlupakan.
Sampai sekarang aku selalu berharap seandainya mati adalah akhir dari segalanya. Seandainya mati adalah rasa sakit terakhir yang bisa dirasakan. Setelah itu, tidak ada rasa sakit lagi. Tidak ada lagi kubur yang menghimpit, tidak ada lagi jembatan sirat yang harus dilalui, tidak ada lagi hisab di Padang Mahsyar dan tidak ada lagi neraka.
Sungguh, aku tidak cukup percaya diri dan kuat untuk bisa melalui itu semua.
Sampai sekarang aku selalu berharap seandainya mati adalah akhir dari segalanya. Seandainya mati adalah rasa sakit terakhir yang bisa dirasakan. Setelah itu, tidak ada rasa sakit lagi. Tidak ada lagi kubur yang menghimpit, tidak ada lagi jembatan sirat yang harus dilalui, tidak ada lagi hisab di Padang Mahsyar dan tidak ada lagi neraka.
Sungguh, aku tidak cukup percaya diri dan kuat untuk bisa melalui itu semua.
_Cherry Sakura_
Komentar
Posting Komentar